Kawasen Kadipaten yang Jadi Sebuah Desa - KAWASEN POST

Breaking

KAWASEN POST

MENGINFORMASIKAN | MENYAJIKAN | MEMBERI MANFAAT

Friday, March 3, 2017

Kawasen Kadipaten yang Jadi Sebuah Desa

KAWASEN adalah nama sebuah desa yang berada di kecamatan Banjarsari Kabupaten ciamis Provinsi Jawa Barat, Kawasen memiliki sejarah panjang yang hingga saat ini ceritanya turun tenurun didongengkan oleh orang tua kepada anak-anaknya yang ada di daerah kawasen. Mengulas tentang sejarah kawasen, Konon pada jaman dahulu terdapat Kadaleman Kawasen yang sangat berperan dalam sejarah diranah sunda (Jawa Barat) yang muncul pada awal abad 17 yaitu awal tahun 1600 dengan Dalem yang tersohor antara lain: Ki Wiradana, Bagus Sutapura atau Tumenggung Sutanangga dan Ngabehi Wiradana.

Mengenai nama Kawasen menurut kamus bahasa sunda, maka mengandung arti Boga Kakuatan (bahasa sunda) yang berarti punya kewenangan guna melakukan dan mencegah bermacam-macam persoalan, akan tetapi seandainya kata Kawasen berasal dari kata Kawasan, maka artinya yaitu daerah bawahan yang dikuasai penguasa yang mengatur segala kehidupan ditempat yang dikuasainya. Seandainya Kawasen berasal dari kata Wesi (yang dimaksud Besi) maka akan timbul istilah Wewesen yang berarti pengaruh atau kekuatan yang membuat orang kagum. Melihat makam Dalem Kawasen berada di wilayah desa Kawasen besar kemungkinan nama Kawasen berasal dari nama tersebut diambil dari nama Dalem Kawasen.


KAWASEN DULU KADIPATEN

Desa Kawasen muncul sebagai sebuah desa hasil pemekaran dari Desa Cicapar. Berdasarkan keputusan Pemerintah Pusat dalam hal ini Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan ditindaklanjuti oleh keputusan Bupati Ciamis tentang pemekaran desa, maka sejarah telah mencatat peristiwa penting dimasa modern yaitu pada tahun 1981 Desa Cicapar dimekarkan menjadi 2 bagian wilayah Desa Cicapar dan Desa Kawasen.
Kawasen kemudian dipecahlagi menjadi dua desa , pemekaran desa baru yaitu desa ratawangi.

KAWASEN DAN SEJARAHNYA
Tahun 1628 Sultan Agung menugaskan Dipati Ukur membantu pasukan Mataram menyerang Kompeni di Batavia. Pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa. Namun Bahureksa tidak mengadakan hubungan dengan Dipati Ukur. Oleh karena itu Dipati Ukur tidak dapat melakukan perundingan dengan Bahureksa.

Pada waktu yang telah ditentukan, Dipati Ukur memimpin pasukannya bergerak menuju Batavia untuk menyerang Kompeni. Ketika pasukan dipeti Ukur tiba di Batavia, ternyata pasukan Mataram belum datang. Oleh karena itu, Dipati Ukur gagal mengusir Kompeni dari Batavia. Kegagalan itu terjadi karena ketidakseimbangan persenjataan dan tidak mendapat dukungan dari pasukan Mataram. Padahal seharusnya pasukan Mataram yang menjadi kekuatan ini penyerangan, dibantu oleh pasukan Dipati Ukur.

Atas kegagalan menjalankan tugas dari raja Mataram, rupanya Dipati Ukur berpikir, daripada ia menerima hukuman berat dari Sultan Agung, lebih baik ia tidak setia lagi terhadap Mataram. Dipati Ukur beserta sejumlah pengikutnya mengabaikan kekuasaan Mataram dan melakukan gerakan memberontak terhadap Mataram.

Sikap Dipati Ukur tersebut segera diketahui oleh penguasa Mataram. Pihak Mataram berusaha keras menumpas pemberontakan Dipati Ukur. Bila pemberontakan itu tidak segera ditumpas, akan merugikan pihak Mataram.

Akhirnya pemberontakan Dipati Ukur dapat dipadamkan. Menurut versi Mataram, Dipati Ukur tertangkap dan dihukum mati di Mataram. Menurut Sajarah Sumedang (babad), pemberontakan Dipati Ukur terhadap Mataram berakhir pada tahun awal tahun 1632.

Penangkapan Dipati Ukur Oleh Adipati Kawasen

Naskah Leiden Orientaladalah naskah yang memuat tentang pemberontakan Dipati Ukur & Penangkapan Dipati Ukur Oleh Bagus Sutapura (Adipati Kawasen). Naskah ini ditulis oleh Sukamandara yang pernah menjadi Jaksa di Ghaluh. Peristiwa penangakapan Dipati Ukur Oleh Bupati Kawasen ini menurut Prof. DR. Emuch Herman Somantri terjadi pada hari Senin tanggal 1 bulan Jumadil Awal 1034 H sekitar pertengahan tahun 1632.

Berikut adalah cuplikan naskah Leiden Oriental yang menceritakan tentang penangakapan Dipati Ukur oleh Adipati Kawasen (Bagus Sutapura):

Nunten pada guneman lan para bupati kabeh. Daweg pada angulati srana kang bhade bisa nyekel Dipati Mogol punika. Nunten kyai Dhipati Galuh Bendanagara angsal sanunggal santana Kawasen westa bagus Sutapura, gawena lagi ambhating raga, sanggem anyekel Dipati Ukur. Sarta lajeng kumanabang sareng sareng samenek ing Gunung lumbung punika. Nunten dipun tibani watu Westa Munding Jalu dipun capakeun dening Bagus Sutapura, dipun balangakeun sumangsang wonten sainggiling lajeng leles. Mangke nyataning Batulayang sareng sampun sumangsang watu puniku. Nunten Bagus Sutapura angamuk pribadi, katah kiang pejah balanipun Dipati Ukur punika sarta dipun besta dibakta dateng Ghaluh.

Artinya:
Hasil musyawarah para Bupati yang akan diberi tugas menangkap Dipati Ukur yang memberontak, kemudian Kyai Ghaluh Bandanagara mendapatkan Senopati dari Kawasen (Bagus Sutapura) yang orang sedang bertapa untuk menangkap Dipati Ukur. Bagus Sutapura lalu maju untuk berperang. Ia naik gunung lumbung. Begitu Bagus Sutapura naik ke Gunung Lumbung, Bagus Sutapura dijatuhi batu yang bernama Munding Jalu oleh Dipati Ukur. Batu itu kemudian ditangkap oleh Bagus Sutapura, kemudian dilemparkan dan nyangkut di pohon leles. Berhubung dengan ditangkapnya Batu itu (Munding Jalu), maka tempat itu dinamakan batu layang. Kemudian Bagus Sutapura menyerng sendirian sampai pengikut Dipati Ukur banyak yang tewas. Akhirnya Dipati Ukur dapat ditangkap oleh bagus Sutapura dan diikat kemudian dibawa ke galuh”

Sejarah Galuh yang disusun oleh raden Padma Kusumah merupakan salah satu naskah yang memuat tentang penangkapan Dipati Ukur oleh Bagus Sutapura. Naskah ini disusun berdasarkan naskah yang dimiliki oleh Bupati galuh R.A.A Kusumah Diningrat 1836-1886 M, bupati Galuh R.T Wiradikusumah 1815 M dan R.A Sukamandara 1819 M. Diantara naskah tersebut yang menceritakan Penangkapan Dipati Ukur Oleh Bagus Sutapura (Adipati Kawasen).

Itulah kawasen kadipaten yang jadi sebuah desa, semoga anak-anak bangsa tidak lupa akan sejarah khususnya sejarah ditanah air tercinta Indonesia.
Untuk bisa sampai kedesa kawasen , anda bisa menggunakan mobil pribadi maupun angkutan umum. Jika naik kereta api anda turun di stasiun banjar, lalu naik Bis jurusan Pangandaran dan berhenti di cangkring atau di Banjarsari. Selanjutnya  anda bisa menggunakan ojeg sampai tujuan makam Bagus Sutapura.

 Artikel kawasen diambil dari beberapa sumber.

Baca juga mantan bupati ciamis 

#kawasen